Kuch2HoTahu - Hai Mas bagaimana, apa kau sampai
rumah dengan selamat hari ini? Semoga iya. Menyenangkan sekali pertemuan
kita hari ini, kamu seperti biasa berbagi banyak cerita sedangkan aku
menyimakmu dengan terpesona.
Suaramu masih sama seperti kali pertama dan kedua kita bertemu. Lucu,
dan menggemaskan. Alangkah menyengakan, bila bisa sesering mungkin
mendengar suaramu. Dan, ah ya! Aku ingin mengakui satu hal, hari ini aku
merekam suaramu diam-diam. Untuk diriku sendiri, bila rindu
sewaktu-waktu datang. Tidak apa, ‘kan?
Selama beberapa menit kamu masih terus bicara, sesekali kamu tertawa,
dan aku masih hanya diam, semakin terpesona. Kamu selalu seperti itu,
membuat aku tak bisa dengan mudah berpaling dari matamu. Mata teduhmu
yang yang menenangkan namun juga mendebarkan dada.
Hari ini kali ketiga kita bertemu. Bukan perkara mudah, untuk kamu
menyempatkan waktu. Karena kamu juga sibuk dengan dunia dakwahmu dan
tulis-menulismu, membuat aku sedikit “cemburu” pada dua hal tersebut
yang merebut banyak waktumu. Dan oh iya, kamu bilang kamu akan
menyelesaikan tesismu yang sempat tertunda karena kesibukanmu yang
lainnya. Ah cemburuku semakin menggelora saja rasanya. Tentu akan
semakin sulit untuk bertemu.
Mas begini, tak apa ya aku cemburu pada rasa yang kutanam di hatiku
untuk kamu. Boleh juga ya, aku memilih kamu menjadi nama yang selalu
kusebut dalam sujud panjangku, setelah bapak, ibu dan keluargaku. Walau
aku tahu, akan banyak kosenkuensi menunggu setelah itu, sebab
setelahnya rindu pasti akan datang menyerbu, karena kita jarang bertemu.
Tapi tidak apa bagiku, bila kita akan sulit bertemu, sungguh. Hatiku
pasti baik-baik saja. Karena kamupun juga tak menghilang begitu saja,
bukan. Selalu ada kabar yang kau kirim lewat social mediamu, yang
membuat hatiku yang tadinya gemuruh, menjadi luluh.
Mas, semoga kau bisa sempatkan baca ini seluruhnya, atau separuhnyapun
juga tak apa. Karena dari awal sudah begitu jelas bukan, kemana tulisan
ini mengarah. Kamu kan pintar, lulusan universitas ternama di Indonesia,
pasti sangat mudah bagimu untuk memahami sekelumit tulisan absurdku.
Semoga.
Walau mungkin kamu akan geli atau justru membuat kamu merasa aneh
denganku. Tidak apa. Aku harap kamu masih mau terus membaca, walau
sebenarnya harapanku ini salah, karena seharrusnya aku meletakkan
kalimat ini di atas. Agar kamu paham maksudku, dan setidaknya kemudian
kamu mengabulkan permintaan gadis 16 tahun yang mengagumi kamu semenjak
beberapa bulan lalu. Yakni membaca ini sampai akhir.
Namun, bilamana kamu juga tak bersedia tak apa. Sebaris dua baris sudah
cukup. Atau mungkin kamu hanya membaca judulnya saja, pun tak mengapa.
Karena aku juga sudah memilihkan judul terbaik untuk cerita tentang
kamu. Agar kamu semakin tahu. Bagaimana kagumnya aku.
Ah seberapa jauh aku sudah terhipnotis dengan pesonamu? Apa ini terlalu
kentara. Hm, apa aku harus segera mengakhiri tulisan ini. Tapi aku masih
ingin melanjutkannya hingga 3000 kata lebih, mendeskripsikan betapa
mengagumkannya dirimu sebanyak mungkin, agar kamu juga semakin paham
bagaimana yang aku rasa. Tapi aku rasa cukup, segala yang berlebihan
tidak selalu baik.
Aku akan berhenti, bukan berhenti untuk menyemai bibit rasaku tapi
berhenti sejenak menulis cerita ini. Semoga ini hanya tulisan
bersambung, bukan tamat. Karena aku masih ingin terus menulis tentang
kamu, pada setiap tulisan yang aku posting.
Selamat jumpa lagi, Mas. Aku akan menunggu kamu kembali, ke kota Kediri
(lagi). Bersama cerita-ceritamu yang lainnya, aku akan selalu setia
mendengarkan, untuk kamu.
idntimes.com